⠀⠀π‘«π‘’π‘Ž: 𝑺𝑒𝑛𝑑𝑒 π‘³π‘Žπ‘Ÿπ‘Ž

⠀⠀⠀⠀⠀     ⠀⠀⠀   #π‘™π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘¦π‘’π‘›π‘”

𝘯𝘰𝘡𝘦; 𝘀𝘳𝘦𝘒𝘡𝘰𝘳 𝘢𝘴𝘦π˜₯ 𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘀𝘒𝘴𝘦



gadis muda itu menatapi gundukan tanah yang ditaburi bunga di depannya. akaranya meredup, aksanya menyayu, daksanya terduduk. ini sudah hampir minggu ketiga ayahnya kembali ke dekap hangat bumi. tapi dia sama sekali belum bergegas untuk mencari sang ibu.

langit gelap, redum. rinainya mulai turun. ditatapnya sendu seluruh rintik air yang jatuh itu. kala derainya mulai deras, gadis itu memutuskan untuk segera pulang, sembari bertandang teduh di dalam mobil miliknya.

pikirannya kacau, batinnya bingung. harus apa dia sekarang? dia pun tak tau harus bagaimana. hari masih siang, ia pun mulai melajukan mobilnya walau langit mendung.

sedangkan, sang adik kembar yang kala itu juga sedang tidak berada di rumah hanya mengeluh.

"kenapa hujan, sih? cilung gue kan jadi ga laku," dumelnya.

ia hanya berdiam diri, tak tau harus apa. memangnya jika hujan begini, dia harus apa?

di sela keheningan, pikiran wanodya itu buyar karena seorang wanita paruh baya yang ikut berteduh disampingnya.

"maaf ya, dik."

"ah, iya gapapa bu."

hanya percakapan singkat. selebihnya, hanya suara derai air yang menghujam bumi dan suara lalu lalang kendaraan.

"kamu jualan? sendiri?" pertanyaan yang hanya dijawab anggukan oleh ryoco, gadis penjual cilung yang sedang berteduh di halte saat itu.

"mandiri, ya. saya lagi cari pegawai tambahan di toko kue saya, sekiranya kamu berminat?" tanya wanita itu lagi.

dengan cepat gadis itu menggeleng, "maaf, engga bu. saya lebih nyaman jualan cilung."

wanita paruh daya itu tersenyum, "gapapa, ini kartu nama saya. sekiranya kamu punya teman yang membutuhkan pekerjaan, tolong hubungi saya, ya?"

ryoco hanya sedikit mengangguk, mengambil kartu nama itu, lalu memasukannya ke dalam tas kecil yang selalu ia bawa.

"kalau begitu, saya pamit dulu. terima kasih ya," ujar wanita itu sebelum beranjak menuju sedan hitam di depan halte.

"apa sih? ga kenal sok akrab banget ibu-ibu. eh, tapi... bisa coba tawarin teh fara."

tidak ada yang tau, bahkan sadar pun tidak. padahal, semesta sudah menjalankan skenarionya, mempermudah mereka bertiga untuk menemui sang ibunda.

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ πš‹πšŠπšπš’πšŠπš— 𝚍𝚞𝚊: πšœπšŽπš—πšπšž πš•πšŠπš›πšŠ
⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀   ditulis oleh #π‘™π‘’π‘Žπ‘›π‘›π‘Ž 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

⠀⠀π‘·π‘Ÿπ‘œπ‘™π‘œπ‘”: 𝑺𝑒𝑛𝑑𝑒 π‘³π‘Žπ‘Ÿπ‘Ž

⠀⠀π‘Ίπ‘Žπ‘‘π‘’: 𝑺𝑒𝑛𝑑𝑒 π‘³π‘Žπ‘Ÿπ‘Ž